Terletak di jantung kota Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman merupakan landmark utama provinsi Aceh. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam, tetapi juga sebagai ekspresi martabat, kekuatan, dan warisan sejarah masyarakat Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 dan telah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah penting selama bertahun-tahun. Masjid ini telah berulang kali rusak akibat gempa bumi dan peperangan, namun berulang kali diperbaiki dan dihidupkan kembali. Hal ini menunjukkan tekad dan ketangguhan masyarakat Aceh yang kuat dalam melestarikan warisan budaya dan agamanya.

Desain Masjid Baiturrahman secara harmonis memadukan gaya Aceh dan Mughal. Kubah emas yang megah dan menara setinggi 38 meter menjadi landmark yang mudah dilihat dari kejauhan. Di dalam masjid terdapat ukiran kayu yang rumit dan kaligrafi yang indah, menciptakan suasana tenang dan damai. Masjid Raya Baiturrahman mampu menampung hingga 9.000 jamaah sekaligus dan merupakan pusat kegiatan keagamaan dan sosial di Banda Aceh. Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sering menjadi tempat diadakannya berbagai acara seperti pengajian, workshop, dan silaturahmi.

Akibat bencana tsunami tahun 2004 yang dahsyat, Masjid Baiturrahman menjadi salah satu dari sedikit bangunan di Banda Aceh yang selamat dari bencana tersebut. Masjid ini menjadi tempat pengungsian bagi para pengungsi yang kehilangan rumah dan harta bendanya. Keberadaan masjid ini merupakan simbol ketahanan iman dan persatuan yang ditunjukkan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman menjadi tujuan wisata religi populer di Indonesia, menarik ribuan wisatawan dari seluruh dunia setiap tahunnya untuk merasakan suasana spiritual yang kental. Masjid ini merupakan contoh arsitektur Islam yang luar biasa di Indonesia dan berfungsi sebagai simbol tekad teguh masyarakat Aceh.